Elegi

Elegi

Mentari jatuh seperti biasa
Menyisakan jejak jingga ranum
Seakan menarik biru langit menjadi kelam berkelip
Dan menarik saudaranya agar menggantikanya

Angin jalan berhembus diantara rambut
Mungkin terus kedalam jiwa
Menuggu diri terbawa ke peraduan
Dan menyamankan diri dalam ketenagan yang berisik itu

Raga lelah berargumen dengan jiwa yang masih bangun
Namun pikir muncul menengahi
Setelah hari sia sia ini mengapa raga lelah?
Dan setelah hari yang penuh ini
Mengapa jiwa masih berapi?

Waktu membawanya merebah bingung
Karena minornya esensi hari
Yang harusnya menjadi pembuktian
Kerja keras kemarin hari
Malah menjadi entah cambuk entah pedang yang menyayat
Dan kepercayaan yang hancur

Dibalik itu, mungkin Tuhan menyodorkan
Kenyataan yang sebenar benarnya
Tanpa alasan yang dimengerti
Hingga sedikit menyejukkan hati
Yang merasa rusak dan lemah
Yang dinaungi pikir yang goyah

Hingga horizon memakan sang surya
Akhirnya raga terlelap
Bersama jiwa yang gundah
Dan pikir yang takut.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hati dan Aksara

Dari Sepasang Roda Besi

Jatuh